Senin, 17 Februari 2014

Surat Sang Pecinta

“Hidup itu harus terus jalan, jalan terus…
meskipun jalannya terjal dan berliku, begitupun tentang aku dan harapanku”

Duhai Tuhan, bagiMu…kami hanya hambaMu…dua sejoli yang Kau tiupkan nafas, Kau percikan cinta, Kau yang maha mengetahui apa yang tampak dan tersembunyi, apa yang kami rasa dan apa yang hendak terjadi, rahasia hati kami menjadi terbuka padaMu. 

Milik-Mu lah seisi jagat raya ini, Kau yang ciptakan bulan dan matahari, dan karena itulah tercipta siang dan malam. Dan Kau adalah DIA yang mendengar dan mengabulkan doa dari kami.

Aku si pecinta…menuliskan perasaanku tentangnya…sedikit meninggalkan semua ikatan didunia, takdirMu yang mempertemukan kami, dan aku senantiasa menunggu takdirMu selanjutnya…sebagai hamba, yang nafas dan darahku adalah milikMu.

Teruntuk Kekasihku…
Terimakasih untuk petikan melodi dan  lagu merdu yang kau perdengarkan untukku dalam kesunyian malam…terimakasih untuk syair-syair cinta yang kau tulis untukku…terimakasih untuk kata cinta yang selalu kau tanamkan disetiap waktuku…

Kekasihku…
Adalah laksana pelukis…dengan warna-warni semesta alam, kau torehkan kuas dicerita hidupku…Adalah laksana embun….dengan kesejukan, kau tetesi jiwaku…Adalah laksana matahari…dengan kehangatan, kau berikan harapan untukku…

Kekasihku…
Kini kau adalah belahan jiwaku, serpihan hidupku, secuil asaku…jalan cinta hanya dapat ditempuh oleh mereka yang siap bergandengan menuju kawah candradimuka. Bebaskan cintaku menjadi pelindung rahasiaku…

Kekasihku…
Tak cukup rasanya mengatakan I Love U setiap saat untukku…karena rasa ini yang tak terbendung, meskipun mungkin cintaku tidak sempurna, namun aku ingin kau mengerti…aku memilihmu…dan yakinkan aku selalu untuk menaruh asa padamu.

Jangan biarkan aku terhempas…aku sendiri dan kembali ke titik nol.

*Special for you Panji Setiawan