Minggu, 27 Februari 2011

si Mythomania

Allah memberikan padaku sebuah pengetahuan baru, lewat mantan terkasihku. Dituntunnya aku mengenal dia, seorang lelaki sederhana, lebih muda dua tahun dariku. Dia adalah seorang teman dari pacar teman kosku. Aku mengenalnya karena keisenganku gangguin pacar temenku itu (sebut saja Mas Enduut) lewat komentar di situs jejaring sosial yang sedang naik daun itu, yah si Facebook.

Kebetulan dia juga aktif mengomentari status Mas Enduut, satu waktu dia mengajakku berkenalan. Melanjutkan komunikasi antara kita dengan semua sarana komunikasi yang tersedia.

Hari demi hari membuat kami semakin akrab, dan suatu malam dia mengajakku membuat sebuah komitmen awal atas nama cinta. Gayung bersambut, mungkin saat itu aku sedang membutuhkan seseorang untuk sekedar teman berbagi.

Perjalanan awal kami demikian mulus, rencana-rencana kecil maupun besar kami susun dengan sempurna. Dia sangat memanjakanku, memperhatikanku lebih dari siapapun.

Cerita-ceritanya mengalir dengan sempurna, aku pun menjadi penikmat atas semua yang terlontar dari ceritanya. Tentang pekerjaannya sebagai Head Of Enginering, tentang hari-harinya, tentang masa lalunya, tentang kebisaannya begini-begitu. Sampailah kita pada satu kesalahpahaman yang membuatku sadar untuk mencari tahu tentang dia yang sebenarnya.

Satu persatu cerita yang pernah dia ungkapkan padaku, aku ingat kembali dan aku coba selaraskan dengan kenyataannya. Hasilnya banyak sekali kejanggalan, setengahnya seperti sebuah kebohongan. Tapi aku, yang sudah berjanji akan menerima dia apa adanya, mencintai segala kekurangannya mencoba bertahan dengan terus membuka mata, melebarkan kuping dan tak mau berburuk sangka padanya sebelum menemukan bukti.

Aku tidak tuli, aku tidak buta…hingga pada sebuah titik, kita menyepakati hubungan ini tidak dapat dilanjutkan. Sempat aku bersedih, aku menghujatnya, aku berfikir kenapa aku tidak layak dimenangkan hanya untuk seorang dia pun!.

Dan lantunan doa terus menerus di sepertiga malamku, menjawabnya dengan sempurna. Allah menunjukanku dengan caranya, ternyata dia memang penderita Mythomania. Hal ini bukan karena pembenaranku saja, akan tetapi refleksi lingkungan dari teman-teman di masa lalunya.

Aku semakin gencar mencari tahu siapa dirinya, dan dari fakta yang ada dari masa lalunya, dia positif mengidap itu, bahkan sebagian besar teman di kampusnya tahu benar dan tidak suka dengan sifatnya.
Mythomania. istilah ini pertama kali diperkenalkan pada thn 1905 oleh seorang psikiater bernama ferdinand dupré. Mythomania adalah kecenderungan berbohong yang dimaksudkan bukan untuk menipu/mengelabuhi orang lain, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri mempercayai/meyakini kebohongannya sendiri. Berbeda dengan seorang pembohong biasa yang sadar bahwa ia tengah berbohong dan mampu membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan, seorang mythomaniac tdk sepenuhnya menyadari bahwa ia sedang berbohong.

Dia tidak mampu membedakan antara ‘kenyataan’ yg berasal dari imaginasinya dan kenyataan yang sebenarnya. kebohongan-kebohongan yang dilakukan olehnya cenderung ‘di luar ‘ kesadaran, yang artinya adalah dia tidak tahu/tidak sadar bhw orang lain akan merasa terganggu dengan kebohongannya, karena yang terpenting baginya adalah dirinya mendapat pengakuan oleh sekelilingnya, pengakuan terhadap ‘kenyataan’ yang ingin ia wujudkan demi melarikan dirinya dari kenyataan sebenarnya yang tidak mau ia terima, dengan tanpa rasa menderita.

Salah satu penyebab mythomania adalah kegagalan-kegagalan dalam kehidupannya, bisa jadi berupa kegagalan dalam hal studi, masalah keluarga, kisah-kisah sentimental, bahkan kegagalan dalam hal pekerjaan (namun jangan keliru, pada saat ia mendapati orang lain mulai meragukan apa yang ia percaya, ia menjadi sadar telah berbohong- detilnya akan dibahas di bawah). pendeknya, ia ingin melarikan diri dari semua image tentang dirinya sendiri. jadi, semakin orang lain mempercayai kebohongannya, semakin ia terbantu untuk lepas dari image nyata ttg dirinya yang sulit ia terima itu.

Seorang pembohong biasa pada umumnya memiliki alasan lumrah dan masuk akal ketika berbohong, seperti dengan tujuan bercanda, atau demi kebaikan atau pun demi menyelematkan seseorang. karena kebohongannya ia lakukan hanya terkadang saja yg artinya ia tidak terbiasa berbohong, biasanya ia akan terlihat kikuk dan canggung. tidak demikian dengan mythomaniac. mythomaniac memiliki pesona yang mampu memanipulasi orang lain, ia pandai menemukan kalimat dan sikap yang tepat dengan tujuan supaya dicintai, demi mencapai tujuannya.

Pada saat seorang mythomaniac telah berhasil menjerat kita, sedikit demi sedikit kebohongannya merusak dan mengganggu sistem kepercayaan dan keyakinan diri kita. bahkan rasa percaya kita yg paling kokoh pun akan guncang dan kita mulai percaya pada ‘image’ baru yang dia buat, serta perlahan kita meninggalkan kenyataan yang sesungguhnya mengenai si mythomaniac tersebut.
Ketika kita mulai sadar akan kebohongannya, pada awalnya ia akan mengelak, kadang disertai dengan kemarahan, kemudian ia akan memanipulasi lagi dari awal dengan tetap pada kebohongan yang sama. tetapi jika hal ini mulai ia rasakan berat, maka ia akan ‘mengkoreksi’ kebohongannya dg cara berbelit dan berputar-putar dengan cerita yg baru, dengan tanpa meninggalkan kebohongan awalnya ( istilah sekarang ‘ngeles’). semakin kita mempertanyakan kebohongannya, semakin banyak kebohongan yang ia ciptakan karena pada titik ini, ia sadar telah berbohong, dan seorang mythomaniac yg sadar telah berbohong akan semakin lepas kendali.

Mythomaniac sendiri sebenarnya adalah korban. ia korban dari ketidakbahagiaan dalam hidupnya dan korban dari penderitaan yang terlalu terus menerus. ia tdk mampu mengekspresikan keaslian dirinya sehingga selalu ingin bersembunyi di balik topeng. jika anda menjumpai seorang mythomaniac, jalan terbaik adalah menghindar darinya. namun jika anda ingin menolongnya, jangan berusaha mencari alasan yang masuk akal, atau mencoba menemukan jawaban dari tindakan-tindakan kebohongannya karena itu membuang-buang waktu saja.

Berusaha mengerti mengapa ia berbohong adalah sia-sia saja karena jiwanya merupakan sebuah labirin di mana ia hanya berputar-putar saja disitu tanpa ada jalan keluar. yang bisa anda lakukan adalah meyakinkannya untuk menyembuhkan dirinya sendiri. setelah itu, semua kembali kepada si mythomaniac itu sendiri. hanya dia yg bisa menolong dirinya sendiri. ia harus menyadari permasalahannya, mengakuinya dan harus memiliki keingininan yg kuat utk menyembuhkan dirinya. menemui seorang psikiater adalah merupakan salah satu ciri-ciri bahwa ia ingin menolong dirinya.

Contoh kasus mythomania terjadi pada seorang pria bernama jean-claude romand yg beberapa thn lalu selama nyaris 20 tahun membuat orang-orang di sekelilingnya percaya bhw dirinya adalah seorang dokter yg bekerja pada organisasi kesehatan dunia, padahal sesungguhnya ia bahkan tidak lulus ujian di thn kedua kuliah kedokterannya. thn 1993, ketika istrinya mendapati kebohongannya, ia membunuhnya, dan juga membunuh anak-anak mereka, sebagai tindakan mencari jalan keluar dari kebuntuan yg ia hadapi.

Doaku untuk mantan terkasihku, Ya Allah sembuhkanlah dia, sadarkanlah dia, sayangilah dia, dan bahagiakan hidupnya tanpa kebohongan yang dibuatnya. Dan berikan dia pendamping yang bisa mencintai kekurangannya itu dengan cara yang sangat sempurna.

Semoga kita dijauhkan dari penderita Mythomania, dan terhindar dari penyakit itu...amiin...


- Berdasarkan Kisah Pribadi & Beberapa Sumber-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar