Selasa, 21 Januari 2014

(true) love will conquers all….



Mengenalnya dalam waktu yang sangat singkat…entah memang sudah suratan nasib yang membawa kami saling mengenal atau mungkin sekedar keisengan dua muda mudi saja.

Pria ini usianya terpaut sekitar 9 tahun lebih muda dariku, penggemar marmot, suka baca buku biografi, penggemar berat Bung Karno, daaaaan…jarang mandi!.

Keren! buat seumuran dia yang sudah punya pemikiran luas, berwirausaha dan merintis LSM tentang lingkungan dan pendidikan di desanya.

Dia datang saat aku sedang dalam kegundahan…nyaman berbicara dengannya, tentang apa saja tanpa peduli dinginnya malam, tanpa peduli banjir yang sedang melanda Jakarta, tanpa peduli Ibu Ani Yudhoyono yang sibuk klarifikasi soal instagramnya, tanpa peduli teriakan cacing dalam perut pada beberapa orang yang lagi menjalankan diet OCD ala sang mentalis, tetapi juga bukan berarti kami hanya bersenang-senang.

Kami sadar hubungan ini akan dinilai tidak lazim oleh kebanyakan orang, melihat stereotip masyarakat kita yang memandang negatif pada pasangan seperti kami. Satu hal lagi yang mungkin akan diperbincangkan orang, entah tuduhan odipus complex buat dia atau tuduhan pedopil buat aku, menanggapi hal tersebut anggap saja kami memang sama-sama tidak normal (LOL)

Dan semacam peramal, kami sudah kebayang dan akan mengantisipasi beberapa problem yang mungkin timbul seperti, rasa keberatan dari pihak-pihak tertentu (keluarga, teman-teman dekat, mantan pacar?, dll.). Jenis keberatannya pun pasti macam-macam, yang pada dasarnya berawal dari umur (ga afdol buat mereka kalau usia pria jauh lebih muda dari wanitanya), merembet ke soal kedewasaan, penghasilan, (terkadang) taraf pendidikan, & (sering) masalah "produktivitas", yang kadang ditambah keraguan diri masing-masing pribadi kami untuk mengatasi problem yang timbul itu seorang diri.

Mengomentari soal kedewasaan bahwa seringkali kedewasaan itu tidak berkaitan dengan umur. Yap! tepat sekali, sesuai dengan istilah yang makin populer pada masyarakat bahwa menjadi tua itu takdir, tapi menjadi dewasa itu pilihan.

Kami punya beberapa alasan terhadap komitmen ini, yang pastinya akan kami pertanggungjawabkan. Kami tidak muluk-muluk…tidak ada ambisi mendobrak pandangan masyarakat tentang ketidakbiasaan ini, atau ambisi jadi topic perpincangan…yang kami lakukan sekedar menjalani hari dan kenyamanan. Kami percayakan semua pada yang lebih berhak untuk mengatur hambaNya. Kami tidak tergesa-gesa…sekedar mengungkapkan apa yang ada dipikiran dan perasaan.

Mengutip perkataannya padaku saat menjelang kami berkomitmen “ Selama ada Cinta tak perlu ada pertanyaan”J

Berharap cerita ini akan selalu indah…meski mungkin sekedar untuk dikenang suatu hari nanti ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar