Senin, 19 Oktober 2009

Surat Sang Pecinta

Kepada pangeranku, yang baik budi dan akhlaknya…(uppzz lebay nih kyna)

Padamu kutitipkan salam terhangat yang pernah kumiliki, dan hanya untukmu. Kusapukan salam termanis dan penuh kasih, dan hanya untukmu. Kukirimkan rindu yang begitu sempurna, dan hanya untukmu.

Pagi ini ditengah siraman sang mentari kuberanikan diri melihatmu dikejauhan, dengan sedikit menyembunyikan diriku disela bunga-bunga soka yang mulai bermekaran. Betapa saat itu jantungku berdetak demikian cepat laksana pacu kuda di medan perang.

Kudendangkan sebuah nyanyian alam, direstui semerbak angin surgawi, dan kicau-kicau sang burung…hanya untukmu. Merdunya kuyakin mampu meruntuhkan jiwamu, mengkoyak segala alam sadarmu…

Wahai pangeranku…

Kutawarkan setiaku bak manisnya kurma yang selalu lekat, kutawarkan tulusku bak sapuan mendung mengantarkan hujan, menyirami bumi nan gersang, yang merindu akan alam hijaunya.

Kuserahkan segenap jiwa ragaku, kujanjikan akan selalu ada di setiap waktumu, hingga rambutmu kian memutih, kokoh tanganmu yang kian melemah, dan lambat laun kharismamu yang akan memudar, tapiku selalu disampingmu…bersamamu…

Melewati setiap yang nampak, yang tak nampak, pahit manisnya tawaran semesta, aku selalu mendukungmu…berdiri kokoh disampingmu, siap dengan segala upaya, dan senyum nan menyejukkan jiwa.

Wahai pangeranku…

Aku disini, setia menantimu…sampai waktu berjanji mengantarkan kita ke singgasana cinta yang begitu menawan, inilah janji dunia…layaknya janjiku padamu…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar